Keadilan
adalah hak semua manusia. Dan semua orang pasti sangat senang dengan sikap adil
orang lain, jika tidak senang atau tidak puas dengan keadilan, maka orang
tersebut pasti memiliki kelainan rohani dan fisik. Sikap berlaku adil wujud
dari kesadaran moral dan spiritual, kedewasaan pikiran dan lingkungan
persekitarannya sebagai seorang manusia, bukan hewan atau makhluk yang lebih
lebih rendah derajatnya dan kepintarannya. Sungguh hina seorang manusia atau
sekelompok manusia yang mengabaikan sikap adil. Layaknya hewan yang rakus dan
tidak punya rasa malu. Jika seorang manusia mengabaikan sikap adil seperti;
Tidak mau mendengarkan pembelaan orang lain yang difitnah, apalagi jika
ikut-ikut memfitnah dengan menyebutnya dengan gelar dan nama-nama yang tidak
pantas serta tanpa bukti yang kuat. Jelas sekali bahwa sikap seperti itu
bukanlah sikap orang yang sudah dewasa dalam berpikir dan sangat-sangat
hipokrit. Sikap tidak suka dengan keadilan seperti itu pasti memiliki
kepentingan-kepentingan pribadi yang sangat tertanam dipikirannya seperti ingin
mempertahankan kedudukannya yang terbukti tidak produktif. Jika orang tersebut
adalah tokoh masyarakat atau ´pemimpin spiritual´. Pasti bukan hanya
ketidakadilan saja yang ditimbulkan, tapi bencana dan mala petaka yang besar
akan menimpa lingkungan sekitarnya. Untuk bisa berlaku adil dan bijaksana
seorang manusia haruslah membandingkan bukti-bukti dan pengakuan serta
pembelaan orang-orang yang terkait dengan masalah itu. Selanjutnya memilah
bukti-bukti tadi, agar proses mencari keadilan itu tidak dicemari dengan
bukti-bukti palsu dan pengakuan yang tidak benar dari kedua pihak. Kemudian
memutuskan hasilnya tanpa melihat pangkat dan kedudukan pihak manapun,
memutuskan permasalahan dengan sebenar-benarnya, adil dan bijaksana. Semua itu
dapat dimulai dengan MENDENGAR. Apa sih, susahnya untuk hanya sekedar
mendengar? Padahal manusia yang normal memiliki dua telinga dan satu mulut. Dua
buah telinga untuk lebih banyak mendengar, daripada satu mulut untuk lebih
sedikit berkomentar. Bukan malah sebaliknya